Jumat, 04 Mei 2012

Kuliah itu....



Memasuki dunia kampus, ternyata tak seindah yang kulihat di sinetron-sinetron. Banyak sekali tuntutan yang kurasakan, dari mulai tugas mandiri dari dosen, tugas organisasi, yah seputar-seputar itulah, kuliah-organisasi. 

Sekedar membaca materi kuliah yang ada dibuku atau di handout , sebenarnya sangat bisa kita lakukan. Sebab, datang ke kampus juga hanya mendengarkan dosen, ah rutinitas yang sangat menjenuhkan pikirku. Namun, kuliah sebenarnya tak hanya itu, duduk diam mendengarkan, apa yang dikatakan dosen seringkali memacu adrenalinku untuk mencoba, dan sering kali aku mengepalkan tangan saking semangatnya, setelah itu?

Kuliah sedikit banyak telah membentuk pola pikirku, cara pandangku terhadap suatu hal jadi lebih berbeda ketimbang dulu.

Menurutku juga, kuliah itu bikin sakit kepala tipe tegang. Bagaimana tidak, tugas bukan main banyaknya, kalau mau dapat nilai silahkan mengerjakan, kalau tidak silahkan mengulang kembali mata kuliah itu. Tidak memaksa memang, seperti tugas-tugas waktu SMA, tidak juga dipanggil-panggil sama dosen nya ketika belum mengumpulkan tugas. Ekspresi yang mantap memang, lempeng saja menyikapi mahasiswa nya sudah mengumpulkan atau tidak, tapi kita lihat saja nilai akhirnya nanti. Sangat lembut bukan?

Katanya kuliahlah karena ilmu, bukan karena nilai, tapi kalo gak dapat nilai yang sesuai harapan, kecewanya minta ampun.. menambah-nambah sakit kepala rasanya, penyakit semesteran ini namanya.
****

Bagiku, organisasi adalah wadah untukku mengembangkan potensi, potensi-potensi kecil seperti berani mengambil keputusan, mengeluarkan pendapat sesuai UUD ’45 (baca_berani ngomong), mengetahui macam-macam watak orang, dari orang tipe keras kepala, tidak bisa bekerja dalam tim, otoriter, sampai orang yang suka cuci tangan dan orang-orang yang mengambil peran sebagai pahlawan.
Jadi, aku memasukkan diriku dalam organisasi dengan kesadaran penuh,yaitu mau mencoba. Tak enak saja rasanya, jika hanya kuliah... eh, manalah bisa berteman dengan buku saja?

****
Aku merupakan tipe manusia pembangkang nomor satu, dilarang semakin ingin kucoba.
Seperti masa SMA dulu, dilarang main band, aku malah aktif jadi anak band, dilarang kebut-kebutan aku malah suka sangat, dilarang nongkrong, apalagi ini, sangat suka. Aku pun tau batasan mana yang tak boleh kulanggar dan batasan mana dimana aku harus tetap berada di jalurNya. Seperti merokok apalagi pake obat.. eh, kesadaran mana pula’ ini, muncul aksi penolakan secara langsung ketika disodorkan dengan teman-teman band. Aku yakin apa yang dituliskanNya di kitab yang sangat jarang kubaca itu adalah hukum tertinggi yang sangat harus kupatuhi, eh.. manalah aku tau apa saja yang diwajibkan itu, jika membukanya saja aku jarang.

****
Dunia kampus sangat berwarna, sama banyak warnanya dengan bunga-bunga yang ada dikebun. Silahkan saja pilih warna yang paling kau sukai, mau yang putih-hitam semua ada disini.eh, mana pula kampus berwarna? Bangunannya saja warna putih-putih aja dari dulu, tak berubah-ubah. Paling-paling berwarna keabu-abuan, kebiru-biruan, dan ke-ke-an yang lain, ergh... memang tak tetap, sama tak tetapnya seperti menetapkan kurikulum kampus, belum beres yang ini, eh dengar ada yang bagus di negeri orang malah dicoba lagi, mana lah pula kita bisa disamakan pak dengan mahasiswa sana. Apa bedanya kampus dengan pabrik koran kalo begitu? Kerjaannya sama-sama memproduksi terus, produksi orang dan produksi media. Lah, aku salah satu yang menjadi bahan produksinya.

****
Karena aku penyuka warna cokelat, akupun selalu memiliki warna cokelat dalam kegiatan-kegiatanku. Bukan berarti aku selalu memilih pakaian bermotif cokelat, atau apapun yang bernuansa cokelat, eh mana lah pula aku punya koleksi baju warna cokelat sebanyak itu.
Cokelat itu manis dan lembut menurutku, tapi ada ketegasan dan kelugasan di setiap benang cokelatnya, wah benar-benar penyakit lebay nomor satu ini. Mungkin ini pengaruh kuiah juga, pikiranku pun ikut jadi lebay... manalah pula kuliah bisa disalahkan, seperti tukang yang bodoh saja, yang selalu menyalahkan perkakasnya_

Yah, sekali lagi cokelat itu lembut. Aku berusaha menyikapi diriku sendiri dengan lembut, dengan menyikapi diriku secara lembut, mungkin aku bisa menyikapi orang lain secara lembut, bukankah semua harus dimulai dari diri sendiri? ah, pragmatis sekali ini orang.
Sekali untuk kedua kalinya, cokelat itu manis, sama menyatunya dengan alam, walau lebih dekat ke warna tanah memang. Entah mengapa, cokelat begitu saja sudah mampu membuatku lebih percaya diri, membuat kulit sawo matangku sedikit tertutupi, ini berlebihannya minta ampun.. sekalii hitam, hitam saja. 

Seperti mengejar layang-layang, mengharap jatuh ditempat tapi malah jatuh di tanah lain, dan aku harus berlari ke tanah itu, karena salah berdiri (baca_ salah mengharap)
Yah itulah aku, yang suka berlari-lari mengejar layang-layang. (baca_ yang suka bercita-cita tinggi, entah bagaimana caranya mencapai itu, simple saja, jika memang untukku, akan ada kemudahan didalamnya.

Bagaimana caranya mewujudkan semua itu? Ayam saja jika kelaparan mematut-matut tanah, sekedar mencari cacing untuk melintasi saluran cernanya, lalu bagaimana lah aku jika hanya diam saja? Bagaimana nasib baik akan menghampiri, melongo saja dia tak mau mungkin, ah manalah bisa seperti ini.
Lalu, aku pun mencoba menjadi mahasiswa yang baik, baik dalam hal mendengarkan materi kuliah, bertanya untuk hal-hal yang tak kunjung kupahami, mengumpulkan tugas tepat waktu, ikut mengontrak mata kuliah persemester sesuai jatahnya, santai dan terburu-buru juga rasanya. Bagaimanapun, kuliah menyebabkan sakit kepala tipe tegang.














 .


Tidak ada komentar:

Posting Komentar