Jumat, 04 Mei 2012

i'm real woman


I’m real woman. Yah.... semua orang juga tau, manalah penting bikin pengakuan seperti ini, i’m real woman... tapi itulah yang marak dibicarakan saat ini, seolah-olah membuat pengakuan dan mencari alasan untuk dapat dipahami oleh kaum lelaki. 

Wanita itu sejatinya harus menutup diri, bukan karena ada anjurannya di Qur’an saja, tapi karena memang harus, yasudah kalo sudah harus, tak ada alasan untuk dibantah. Tapi manalah boleh seperti ini saja, pake alasan lah. Bah...!

Yah alasannya karena wanita itu memiliki lekuk-lekuk tubuh nan indah, ibarat di depan seperti setan, dibelakang pun mirip setan. Eh... manalah pula sisi indahnya kalo disamakan dengan setan. Karena setan itu suka mengindah-indahkan, lah dikatakan mirip setan. Terlebih karena wanita itu gampang menggoda, jadi mirip setan kan?

Carilah suatu alasan mengapa kau menggunakan kain penutup dikepalamu, bukan karena rambutmu rontok atau susah di atur atau kalau ada angin lewat dia cuek saja tak menggubris. Carilah alasan lebih dari itu, apalagi jika alasannya itu benar-benar kau sadari sendiri, bukan karena cem-ceman mu menginginkan istri berpenutup kepala, bukan pula karena tersorot kamera wartawan karena suatu kasus, korupsi misalnya.. yah, lihat saja. Perempuan-perempuan politis itu jika sudah tersandung masalah hukum, sibuk nian  mencari penutup dikepalanya, bagaimanalah kain penutup itu akan berfungsi baik dan menutupi dan melindungi dirimu, jika kau saja memakainya saat-saat pelik seperti itu, sekedar menutupi diri atau entahlah. 

Hey, sekarang begitu banyak bukan main gaya kain penutup kepala itu, dari yang polos memolos sampai tak tau lagi warnanya apa, sebab sudah banyak nian warna tercampur disitu. Belum lagi yang belang-belang, belang macan, belang bulat-bulat, belang kotak-kotak, cuma belang tentara yang belum aku lihat. Terbayang dijalan ada yang memakai kain penutup kepala bermotif tentara atau loreng, entahlah apa jadinya. 

Ada juga sisi positif dari macam model itu, orang jadi tertarik untuk beralih usaha menjadi penjual kain penutup kepala bermacam model, mungkin saja mendapat pahala, karena menjual yang baik-baik, entahlah perkara pahala-dosa hak preogratif sang Khalik-lah. Ada juga yang sekali dua kali ingin mencoba, lalu tertarik dan beralih gaya. 

Lihat saja modelnya, minta ampun cantik nian... ada yang dikancing atas mirip pocong, ada juga yang dikancing samping, malah tak dikancing pun ada, jatuh mengikuti arah angin. Entahlah kreatifitas nomor berapa ini, sudah begitu banyak yang menirunya, entahlah pula siapa pioner nya, yang penting modis, gak ketinggalan mode, atau apapun. Kalau urusan modis dan mode, perempuan memang nomor satu. 

Sekali lagi, i’m real woman... seperti berorasi dalam diam, mengakui diri i’m real woman.. jadi emansipasi wanita memang tak kunjung habis.
Tapi kalau perkaranya sudah sampai tak mau menikah, bagaimanalah pula?

Sekedar mengikuti kaum yang menamakan diri fe-Isme, tak mau menikah dengan sekelumit alasan, bah.. menjatuhkan harkat perempuan saja rasanya, disuruh ngepel, masak ,ngurus anak, ngurus suami, cuci baju, cuci piring, cuci rumah(baca_bersih-bersih rumah).. manalah pula kita disuruh-disuruh? Kalau difikir-fikir, tak tau berapa gaji tinggi seorang istri yang dapat melakukan semua itu dengan ikhlas dan senang. Lah, jadi tak disuruh-suruh kan? Dikatakan memang kodrat, tak mengerti juga kodrat itu apa? Dikatakan memang sudah tugasnya, lah ini apa lagi? Kan tugasnya sama.

Mungkin dan karena mungkin karena cinta. Kalau sudah berbicara urusan cinta, pelik sekali rasanya. Cinta yang membuat semua jadi begitu mudah, atas dasar itulah seorang perempuan mendambakan dirinya menjadi seorang istri,, seorang ratu di istana mungilnya, mampu mengerjakan semua pekerjaan rumah dengan rasa senang, tak usah bicara ikhlas dulu, yang penting senang. Senang dan ikhlas sama-sama dekat artinya. Eh, jadi sekali lagi, menikah sama sekali tak menjatuhkan harkat kaum wanita, dari sisi mana pula bisa menjatuhkan, dari sisi keegoisan kita saja mungkin. Malah menikah itu dapat menjaga kehormatan, beranak pinak secara sah dan berbuah pahala, bisa bikin awet muda pula katanya, yah karna hilang sudah gelisah dan resah. 


Setinggi apapun karier seorang wanita, kalau tak menikah apalah gunanya.. seperti menyanyi saja rasanya... dengan menikahlah kita dapat menjadi wanita sejati, manalah pula kata-kata sejati itu muncul. Sejati, karena dari rahimnya ia sudah mampu menambah daftar angka kelahiran dunia, belum lagi kalau anaknya nanti masuk sekolah SD, bertambah pula angka jumlah siswa SD di dunia, belum lagi kalau sekolah SMP, SMA, kuliah, bertambah pula angka orang-orang berpendidikan, belum lagi kalau anaknya jadi orang hebat, bertambah mahsyur.. amboi... mulusnya perjalanan hidupmu nak. Kalau semua anak bakal bernasib baik seperti ini, sudah tak ada lagi mungkin program KB itu, karena kerjaannya mencetak terus.. tak peduli, sudah betapa padatnya planet yang hanya bisa berpenghuni ini. Tapi kalau yang dicetak itu orang-orang berkualitas, jadi dimana pula letak kesalahannya?

Macam-macam saja rasanya, di satu sisi ada orang yang berhubungan gelap dengan mudah dapat anak, di sisi lain, ada orang yang memiliki hubungan yang sah secara hukum dan agama, sudah bertahun-tahun tak dapat anak. Mungkin disinilah kekuasaan dari yang Maha Kuasa mau ditampakkan. Orang yang berhubungan gelap, dengan mudah mendapatkan anak, langsung dilihatkan hasil dari perbuatannya. Tak taulah kelanjutannya, mau dibesarkan dan dipertanggung-jawabkan, lebih baik dari pada di kuret (baca_aborsi) sakitnya minta ampun, kuret sekalian rahimnya. Amboi, selaput bening itu jika sudah tak adalagi, entahlah... 

Sekali untuk ketiga kali, i’m real woman...

Kaum ini mungkin diseluruh dunia sama saja, sama-sama punya hati dan cinta.. bernostalgia sedikit, mengenang legendaris dangdut Iis Dahlia menyanyikan lagu ini..
Tak mengelak, perempuan suka sekali bercermin, memandang diri lama-lama yang juga tak kunjung berubah menjadi Madonna, Britney Spears atau apapun. Manalah pula bisa berubah, ajaib nian cermin kayak gitu, hitung-hitung mau membeli, sudah takut duluan.

Sekedar mematut diri, membenarkan yang miring, mengelap-ngelap muka, sekali dua kali mengerlingkan dahi dan mata, mengernyitkan bibir, memeriksa bulu hidung, atau aktivitas lain di depan cermin. Senang saja rasanya, menambah pede. Lewat depan rumah yang ada cerminnya, tiba-tiba berhenti sejenak, entahlah seperti sudah terkoordinir sistem syaraf di tubuh ini ketika menghadap dengan cermin, belum lagi kalau lewat depan kaca mobil.. 

Perempuan itu bisa menangis dan tertawa dalam waktu bersamaan. Mendengar kabar baik misalnya, alih-alih bisa membedakan dia senang atau sedih, yang penting ekspresinya sama terharu dan mengeluarkan air mata, hanya saja dia bisa tersenyum memanjang setelah itu dan juga bisa mengerang meraung ketika mendapat kabar sebaliknya. Begitu mudah ia mengeluarkan apa yang dirasakannya, ia begitu dipenuhi dengan emosi, sangat mudah ia berbagi atau bahkan tak berbagi, sangat mudah ia menyayang dan memahami, alih-alih minta disayang balik.
Amboi peran wanita ternyata sangat besar, dia dikatakan pondasi suatu negara, dijadikan indikasi suatu negara maju atau tidak, dia juga dikatakan perhiasan dunia paling indah, dia juga dikatakan madrasah pencetak generasi, dan berbagai macam penghargaan yang tak kunjung di selipkan secara hukum, hanya sekedar di ucap. 

Sejatinya wanita itu memang lemah, dia butuh sandaran,dia butuh pemimpin yang meluruskannya. Ibarat besi kalau terkena panas terlalu lama, besi itu akan memuai, membengkok dan susah nian mau diluruskan lagi. Mana pula besi bisa disamakan dengan wanita? Setidaknya seperti itulah, dia butuh seorang pemimpin. Bagaimana lah pula, kalau katanya dia terbuat dari tulang rusuk, bayangkan tulang rusuk itu hanya terdiri atas beberapa saja tulang sejati, selebihnya tulang palsu atau tulang melayang, sangat rapuh dan terletak di depan, di dada. 

Tapi hebatnya dari wanita itu, dia mampu menjadi orang tua tunggal, setia nya sudah terdengar dari dulu. Selidik punya selidik, karena katanya wanita itu punya dua kromosom, yaitu XX, sejenis bukan? Sedangkan laki-laki XY. Kromosom X jika hilang salah satunya masih dapat berdiri sendiri, karena dia mempunyai dua kaki dibawahnya, sedangkan laki-laki jika hilang X nya, dia hanya punya Y, yang hanya punya satu kaki. Manalah pula kromosom bisa disamakan dengan kaki-kaki? Eh, ini secara genetiknya, tapi amboi... ternyata benar, masih banyak wanita yang memilih tak menikah lagi setelah ditinggal suaminya, sedangkan laki-laki? Erg, ini perkara lain, jangan terlalu diperdebatkan, toh, hal ini kondusif saja, bisa jadi wanita juga poliandri (banyak suami). 

Sekali untuk keempat kali, i’m real woman.

(Tulisanku mengenai aku sendri, because i’am real woman)_ terinspirasi dari Yahoo massenger kata-kata ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar