I’m real woman. Yah.... semua orang juga tau, manalah
penting bikin pengakuan seperti ini, i’m real woman... tapi itulah yang marak
dibicarakan saat ini, seolah-olah membuat pengakuan dan mencari alasan untuk
dapat dipahami oleh kaum lelaki.
Wanita itu sejatinya harus menutup diri, bukan karena ada
anjurannya di Qur’an saja, tapi karena memang harus, yasudah kalo sudah harus,
tak ada alasan untuk dibantah. Tapi manalah boleh seperti ini saja, pake alasan
lah. Bah...!
Yah alasannya karena wanita itu memiliki lekuk-lekuk tubuh
nan indah, ibarat di depan seperti setan, dibelakang pun mirip setan. Eh...
manalah pula sisi indahnya kalo disamakan dengan setan. Karena setan itu suka
mengindah-indahkan, lah dikatakan mirip setan. Terlebih karena wanita itu
gampang menggoda, jadi mirip setan kan?
Carilah suatu alasan mengapa kau menggunakan kain penutup
dikepalamu, bukan karena rambutmu rontok atau susah di atur atau kalau ada
angin lewat dia cuek saja tak menggubris. Carilah alasan lebih dari itu,
apalagi jika alasannya itu benar-benar kau sadari sendiri, bukan karena
cem-ceman mu menginginkan istri berpenutup kepala, bukan pula karena tersorot
kamera wartawan karena suatu kasus, korupsi misalnya.. yah, lihat saja.
Perempuan-perempuan politis itu jika sudah tersandung masalah hukum, sibuk nian
mencari penutup dikepalanya,
bagaimanalah kain penutup itu akan berfungsi baik dan menutupi dan melindungi
dirimu, jika kau saja memakainya saat-saat pelik seperti itu, sekedar menutupi
diri atau entahlah.
Hey, sekarang begitu banyak bukan main gaya kain penutup
kepala itu, dari yang polos memolos sampai tak tau lagi warnanya apa, sebab
sudah banyak nian warna tercampur disitu. Belum lagi yang belang-belang, belang
macan, belang bulat-bulat, belang kotak-kotak, cuma belang tentara yang belum
aku lihat. Terbayang dijalan ada yang memakai kain penutup kepala bermotif
tentara atau loreng, entahlah apa jadinya.
Ada juga sisi positif dari macam model itu, orang jadi
tertarik untuk beralih usaha menjadi penjual kain penutup kepala bermacam
model, mungkin saja mendapat pahala, karena menjual yang baik-baik, entahlah
perkara pahala-dosa hak preogratif sang Khalik-lah. Ada juga yang sekali dua
kali ingin mencoba, lalu tertarik dan beralih gaya.
Lihat saja modelnya, minta ampun cantik nian... ada yang
dikancing atas mirip pocong, ada juga yang dikancing samping, malah tak
dikancing pun ada, jatuh mengikuti arah angin. Entahlah kreatifitas nomor
berapa ini, sudah begitu banyak yang menirunya, entahlah pula siapa pioner nya,
yang penting modis, gak ketinggalan mode, atau apapun. Kalau urusan modis dan
mode, perempuan memang nomor satu.
Sekali lagi, i’m real woman... seperti berorasi dalam diam,
mengakui diri i’m real woman.. jadi emansipasi wanita memang tak kunjung habis.
Tapi kalau perkaranya sudah sampai tak mau menikah,
bagaimanalah pula?
Sekedar mengikuti kaum yang menamakan diri fe-Isme, tak mau
menikah dengan sekelumit alasan, bah.. menjatuhkan harkat perempuan saja
rasanya, disuruh ngepel, masak ,ngurus anak, ngurus suami, cuci baju, cuci
piring, cuci rumah(baca_bersih-bersih rumah).. manalah pula kita
disuruh-disuruh? Kalau difikir-fikir, tak tau berapa gaji tinggi seorang istri
yang dapat melakukan semua itu dengan ikhlas dan senang. Lah, jadi tak
disuruh-suruh kan? Dikatakan memang kodrat, tak mengerti juga kodrat itu apa?
Dikatakan memang sudah tugasnya, lah ini apa lagi? Kan tugasnya sama.
Mungkin dan karena mungkin karena cinta. Kalau sudah
berbicara urusan cinta, pelik sekali rasanya. Cinta yang membuat semua jadi
begitu mudah, atas dasar itulah seorang perempuan mendambakan dirinya menjadi
seorang istri,, seorang ratu di istana mungilnya, mampu mengerjakan semua
pekerjaan rumah dengan rasa senang, tak usah bicara ikhlas dulu, yang penting
senang. Senang dan ikhlas sama-sama dekat artinya. Eh, jadi sekali lagi,
menikah sama sekali tak menjatuhkan harkat kaum wanita, dari sisi mana pula
bisa menjatuhkan, dari sisi keegoisan kita saja mungkin. Malah menikah itu
dapat menjaga kehormatan, beranak pinak secara sah dan berbuah pahala, bisa
bikin awet muda pula katanya, yah karna hilang sudah gelisah dan resah.
Setinggi apapun karier seorang wanita, kalau tak menikah
apalah gunanya.. seperti menyanyi saja rasanya... dengan menikahlah kita dapat
menjadi wanita sejati, manalah pula kata-kata sejati itu muncul. Sejati, karena
dari rahimnya ia sudah mampu menambah daftar angka kelahiran dunia, belum lagi
kalau anaknya nanti masuk sekolah SD, bertambah pula angka jumlah siswa SD di
dunia, belum lagi kalau sekolah SMP, SMA, kuliah, bertambah pula angka
orang-orang berpendidikan, belum lagi kalau anaknya jadi orang hebat, bertambah
mahsyur.. amboi... mulusnya perjalanan hidupmu nak. Kalau semua anak bakal
bernasib baik seperti ini, sudah tak ada lagi mungkin program KB itu, karena
kerjaannya mencetak terus.. tak peduli, sudah betapa padatnya planet yang hanya
bisa berpenghuni ini. Tapi kalau yang dicetak itu orang-orang berkualitas, jadi
dimana pula letak kesalahannya?
Macam-macam saja rasanya, di satu sisi ada orang yang
berhubungan gelap dengan mudah dapat anak, di sisi lain, ada orang yang
memiliki hubungan yang sah secara hukum dan agama, sudah bertahun-tahun tak
dapat anak. Mungkin disinilah kekuasaan dari yang Maha Kuasa mau ditampakkan.
Orang yang berhubungan gelap, dengan mudah mendapatkan anak, langsung
dilihatkan hasil dari perbuatannya. Tak taulah kelanjutannya, mau dibesarkan
dan dipertanggung-jawabkan, lebih baik dari pada di kuret (baca_aborsi)
sakitnya minta ampun, kuret sekalian rahimnya. Amboi, selaput bening itu jika
sudah tak adalagi, entahlah...
Sekali untuk ketiga kali, i’m real woman...
Kaum ini mungkin diseluruh dunia sama saja, sama-sama punya
hati dan cinta.. bernostalgia sedikit, mengenang legendaris dangdut Iis Dahlia
menyanyikan lagu ini..
Tak mengelak, perempuan suka sekali bercermin, memandang
diri lama-lama yang juga tak kunjung berubah menjadi Madonna, Britney Spears
atau apapun. Manalah pula bisa berubah, ajaib nian cermin kayak gitu,
hitung-hitung mau membeli, sudah takut duluan.
Sekedar mematut diri, membenarkan yang miring,
mengelap-ngelap muka, sekali dua kali mengerlingkan dahi dan mata,
mengernyitkan bibir, memeriksa bulu hidung, atau aktivitas lain di depan
cermin. Senang saja rasanya, menambah pede. Lewat depan rumah yang ada
cerminnya, tiba-tiba berhenti sejenak, entahlah seperti sudah terkoordinir
sistem syaraf di tubuh ini ketika menghadap dengan cermin, belum lagi kalau
lewat depan kaca mobil..
Perempuan itu bisa menangis dan tertawa dalam waktu
bersamaan. Mendengar kabar baik misalnya, alih-alih bisa membedakan dia senang
atau sedih, yang penting ekspresinya sama terharu dan mengeluarkan air mata,
hanya saja dia bisa tersenyum memanjang setelah itu dan juga bisa mengerang
meraung ketika mendapat kabar sebaliknya. Begitu mudah ia mengeluarkan apa yang
dirasakannya, ia begitu dipenuhi dengan emosi, sangat mudah ia berbagi atau
bahkan tak berbagi, sangat mudah ia menyayang dan memahami, alih-alih minta
disayang balik.
Amboi peran wanita ternyata sangat besar, dia dikatakan
pondasi suatu negara, dijadikan indikasi suatu negara maju atau tidak, dia juga
dikatakan perhiasan dunia paling indah, dia juga dikatakan madrasah pencetak
generasi, dan berbagai macam penghargaan yang tak kunjung di selipkan secara
hukum, hanya sekedar di ucap.
Sejatinya wanita itu memang lemah, dia butuh sandaran,dia
butuh pemimpin yang meluruskannya. Ibarat besi kalau terkena panas terlalu
lama, besi itu akan memuai, membengkok dan susah nian mau diluruskan lagi. Mana
pula besi bisa disamakan dengan wanita? Setidaknya seperti itulah, dia butuh
seorang pemimpin. Bagaimana lah pula, kalau katanya dia terbuat dari tulang
rusuk, bayangkan tulang rusuk itu hanya terdiri atas beberapa saja tulang
sejati, selebihnya tulang palsu atau tulang melayang, sangat rapuh dan terletak
di depan, di dada.
Tapi hebatnya dari wanita itu, dia mampu menjadi orang tua
tunggal, setia nya sudah terdengar dari dulu. Selidik punya selidik, karena
katanya wanita itu punya dua kromosom, yaitu XX, sejenis bukan? Sedangkan
laki-laki XY. Kromosom X jika hilang salah satunya masih dapat berdiri sendiri,
karena dia mempunyai dua kaki dibawahnya, sedangkan laki-laki jika hilang X
nya, dia hanya punya Y, yang hanya punya satu kaki. Manalah pula kromosom bisa
disamakan dengan kaki-kaki? Eh, ini secara genetiknya, tapi amboi... ternyata
benar, masih banyak wanita yang memilih tak menikah lagi setelah ditinggal
suaminya, sedangkan laki-laki? Erg, ini perkara lain, jangan terlalu
diperdebatkan, toh, hal ini kondusif saja, bisa jadi wanita juga poliandri
(banyak suami).
Sekali untuk keempat kali, i’m real woman.
(Tulisanku mengenai aku sendri, because i’am real woman)_
terinspirasi dari Yahoo massenger kata-kata ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar