Ikhlas, menyebutnya
saja ada perpaduan huruf k dan h, menjadinya lembut didengarkan dan indah
diucapkan, seikhlas kita mengucapkannya.
Masih ingat kisah
Nabi Yusuf a.s dan Zulaikha?
Kisah cinta yang tak
kalah hebatnya dengan kisah cinta Romeo dan Juliet atau kisah cinta Barat
lainnya. Bahkan kisah cinta Nabi Yusuf a.s ini lebih patut dijadikan contoh,
bukan hanya sekedar diriwayatkan.
Nabi Yusuf yang diuji
dengan ketampanannya yang luar biasa, yang tak bisa diimajinerkan seperti apa.
Bagaimana Zulaikha sebegitu tertariknya oleh Nabi Yusuf, ternyata tampannya
bukan hanya sekedar fisik, tapi juga budi pekertinya. Nabi Yusuf yang dengan
segenap kemampuannya, mampu mempertahankan kehormatannya sebagai laki-laki
walau harus mendekam di bui tanpa salah. Yang pada endingnya, Allah lah yang
mempertemukan kembali dua hati yang pernah terpaut pada waktu yang tepat.
Kalau difikir-fikir,
apa susahnya ya untuk ikhlas? Wong, kita ini gak punya apa-apa, tapi hak
kepemilikan terhadap sesuatu itu serasa tinggi banget. Kalau difikir-fikir
lagi, Allah sangat menguji kita, sejauh mana kita mengikhlaskan sesuatu harus
enyah dari kita, eh ketika sudah bisa ikhlas Allah malah menghadiahkannya
kembali pada kita. Bukankah itu indah? Buktinya kisah cinta Nabi Yusuf a.s dan
Zulaikha.
Masih ingat gak ama
cerita kiamat udah dekat? Sinetron ramadhan ini sangat menyentuh menurutku,
nilai-nilai islamnya sangat tercitrai. Andre, sosok pemuda zaman kini yang
jatuh hati pada zaskia (lupa nama perannya siapa), Andre yang menyadari dirinya
tak sepadan dengan Zaskia, mencoba beberapa kali belajar ikhlas, sampe plang
masjid Ikhlas pun dicabut, karena tak mengerti ilmu ikhlas itu seperti apa. Dan
pada endingnya lagi, Andre yang sudah mengikhlaskan Zaskia, eh malah dapetin
Zaskia.. Bukankah ikhlas itu indah?
Kita hidup memang
untuk diuji ya, masa iya Allah Sang Pencipta membiarkan kita hidup begitu saja
tanpa tujuan. Kita sangat rapuh.
“Aku ikhlas ko
ngelakuin ini semua buat kamu” Gombal banget ya dengarnya.. bener gak sih
ikhlas? Tapi ngomongnya sambil ngarep dapet belas kasihan dari yang ngedenger.
Aku juga gak tau
ukuran ikhlas itu seperti apa. Kalau kita beribadah, mengharapkan ampunan dari
dosa, bisa dikatakan ikhlas gak? Apakah benar ikhlas itu tak boleh berharap?
Tapi ternyata tidak juga, yah kita tidak berharap pada manusia, tapi kita
justru berharap ridho Allah. Kurang defenitif ya? Baca lagi.
Malam beberapa malam
yang lalu. Ustadz menceritakan tentang keikhlasan seorang pemuda. Tersebutlah
suatu ketika pemuda itu menemukan sebungkus benda di tengah jalan, pemuda itu
lantas memungut benda yang terbungkus itu, mengambil dengan maksud
mengamankannya. Di suatu hari yang lain, seorang saudagar kaya raya sibuk
membuat sayembara “benda yang hilang”. Seperti kisah-kisah lainnya, barang
siapa yang menemukan, akan mendapat uang pengganti yang sangat besar. Kali ini
penggantinya uang kawan-kawan, bukan akan dijadikan suami jikalau laki-laki dan
dijadikan saudara perempuan jikalau perempuan.
Singkat cerita,
pemuda itu mendengar kabar sayembara benda hilang. Pemuda itu pun langsung
menemui yang empunya benda, tak serta merta memberikan benda yang hilang,
alih-alih bertanya, mencocokkan seperti apa ciri-ciri benda yang hilang itu?
apakah sama dengan benda yang ditemukannya di jalan? Setelah merasa cocok, pemuda
itu pun memberikan benda kepada yang empunya. Sesuai perjanjian, yang empunya
memberikan uang pengganti yang sangat besar. Apa coba jawaban dari pemuda
berhati lurus itu?
“Saya hanya diberikan amanah untuk
menyimpannya sebentar, ini sejatinya adalah barang Anda, saya hanya
mengembalikan, biarlah Allah yang membalas semuanya”.
Tau gak, apa
kira-kira benda yang terbungkus itu? kalo cuma benda biasa, hilang juga gak
masalah kali ya.. wong itu mutiara berbentuk kalung.
Singkat cerita lagi,
sang pemuda bermaksud berlayar ke suatu pulau, di tengah laut kapal yang
ditumpanginya terhempas badai hingga karam. Alhamdulillah pemuda tadi selamat,
gak tau penumpang yang lain, karena gak diceritain.
Alkisah, pemuda itu
terdampar di suatu pulau. Pulaunya ini alhamdulillah sudah cukup maju. Buktinya
ustadznya bilang udah ada masjid. Namun, masyarakat di pulau itu buta huruf
alqur’an. Alqur’an di masjid hanya dijadikan sebagai pelengkap, mereka sudah
lupa bagaimana cara membacanya. Mungkin ini kali ya yang disebut bahwa hidup
itu adalah sebab akibat. Maksud Allah mendamparkan pemuda itu di Pulau ternyata
membawa akibat yang baik bagi masyarakatnya.
Sadar akan adanya seorang pemuda yang bisa baca Alqur’an,
masyarakatpun berbondong-bondong belajar dengan pemuda berhati lurus itu.
Lama-kelamaan, masyarakat setempat takut kalau pemuda itu bakal pergi jika ada
kapal yang datang. Salah satu tokoh masyarakatnya mengajukan usul, bagaimana
jika pemuda berhati lurus itu diikat saja agar tak kemana-mana? Tentu ikatannya
bukan tali kapal kawan-kawan. Bahkan ikatan ini tak terlihat, tapi lebih kuat
daripada tali buat sandaran kapal. Tali pernikahan tentunya. Pemuda berhati
lurus pun menyetujui niatan baik masyarakatnya, karena pemuda itu sudah
terlanjur percaya bahwa masyarakat di sana sangat baik, bagaimana tidak, sang
pemuda cukup saja bertugas mengajarkan baca tulis Alqur’an, masyarakat pun
dengan senang hati memberikan makanan yang baik-baik, semua hasil bumi
kepadanya. Jadi bagaimana mungkin sang pemuda tidak percaya untuk urusan yang
satu ini? Lagi pula pemuda ini berhati lurus, lilllahi ta’ala.
Tau gak wanita seperti apa yang disandingkan dengan
pemuda berhati lurus itu? bukan wanita biasa tentunya, maksudnya wanita ini
sudah diidolakan oleh banyak pria, pintar, dari keluarga kaya dan terhormat dan
tentunya berhati lurus pula.
Bapak yang empunya wanita ini tak pernah menerima lamaran
dari pria manapun yang mendekati anak gadisnya, seperti sudah dipesankan untuk
seseorang. Bapak yang empunya wanita ini ternyata pernah berpesan dia akan
menikahkan anaknya dengan pemuda yang soleh. Entahlah ukuran soleh itu seperti
apa.
Di hari yang telah ditentukan, bertemulah kedua insan
yang memang sudah Allah tuliskan di kitab yang ada di Surga, bahwa mereka akan
berjodoh. Ketika melihat calon bidadarinya, alangkah terkejut bukan main pemuda
itu. masyarakatpun tak menyangka, bahwa ustadz nya ini kalau melihat wanita
cantik sama saja, kelilipan!
Tapi, bukan karena cantiknya yang buat pemuda berhati
lurus itu terperanjat kaget. Kalung. Yah, kalung yang pernah ditemukannya di
jalan. Kalung itu sedang melingkar di leher calon bidadarinya. Bagaimana
mungkin?
Cerita punya cerita, ternyata bapak wanita yang cantik
itu pernah berwasiat sebelum meninggal, bahwa ia hanya akan menikahkan anak
gadisnya dengan laki-laki soleh yang sangat berhati lurus. Bapak wanita itu
ternyata saudagar kaya raya yang pernah kehilangan kalung mutiara.
Allahu Akbar!
Sungguh Allah Maha perencana ya kawan-kawan, padahal
pemuda berhati lurus itu sudah ikhlas tidak mendapat hadiah uang dari saudagar
kaya atas perbuatannya. Eh, akhirnya malah dapetin bidadari jelita plus kalung
itu. sekali lagi, bukankah ikhlas itu indah?
Yah, jika saja kita mampu berfikir
luas dalam segelap-gelapnya keadaan. Allah Maha Penguji.
Semoga saja, kita bisa menjadi hamba yang profesional,
diberikan ketetapan hati, kelapangan jiwa atas semua ketetapanNYA.