Senin, 25 Februari 2013

Cerita sidang


Sore semakin condong ke timur, langit menguning, matahari pun sudah semakin reda panasnya...

Sudah sebulan lebih aku ditinggal teman kamarku, dia memutuskan untuk pulang duluan dan menikmati puasa penuh di sana.
Aku dengan satu tujuan, memilih untuk bertahan beberapa bulan lagi disini. Tujuan itu sudah kupampang besar-besar di kamarku, aku harus menyelesaikan ini di bulan juli. Yah, agar aku bisa pulang dengan tenang. Seperti mau mati saja target ini.. tapi, siapa yang tahu?

Senin 16 juli 2012

Hari ini, aku sudah mendaftarkan diriku sebagai peserta sidang periode juli beserta 7 orang teman-temanku yang lain. Dengan perasaan menanggung, apakah aku layak mengikutinya atau tidak, tetap saja kujalani. Terang saja, sudah beberapa kali aku mengikuti tes TOEFL yang menjadi standar kelulusan kampus, beberapa kali juga skorku tidak mencapai. Tes terakhir sekarang menjadi penentu, apakah aku sidang bulan ini atau bulan depan, gugup sekali menunggu hasil tes keluar. Setengah hari aku stand by di depan layar PC dan sesekali melongok ke website tempat diumumkannya skor hasil TOEFL, namun belum juga keluar. Dengan perasaan pasrah setengah hati, kubiarkan saja hari ini berlalu, tanpa harus bertanya langsung ke institusi yang bersangkutan, kenapa tesnya hari ini belum juga keluar? Aku pasti akan mendapatkan jawaban yang sama, dua hari kerja teh. Ujarnya.

Selasa 17 juli 2012
Menunggu jam 7 pagi serasa sangat lama. Masih pukul 5 pagi. Yah, beberapa hari ini, menunggu matahari terbit adalah hal yang menggugupkan bagiku. Sengaja aku menahan diri untuk tidak ke kampus pagi ini, aku akan melihat hasil skornya dulu.
Entah bagaimana lamanya, serasa semua kondisi didesain sedemikian rupa untuk menguji kesabaranku. Aku sudah berada pada titik nol, pasrah.
Tepat jam 10 pagi, pengumuman hasil skor sudah ada di website yang belakangan ini paling sering kukunjungi. Alhamdulillah yang bernama Khairul ummah hanya satu, jadi sekali mata memandang, aku langsung menemukan namaku. Entahlah, seperti apa rasanya saat itu, saat mimpi dan harapan dikabulkan, sujud syukur langsung kulakukan, terima kasih sudah mengizinkan aku untuk  mengikuti sidang besok.

Rabu 18 juli 2012
Matahari terbit sangat pagi rasanya. Berseragam sidang, aku pun langsung melangkah ke kampus. Bermacam-macam wirid dan doa yang kuhapal, kupanjatkan sebisaku. Saat-saat seperti ini, barulah rajin berdoa.
Namaku tertera di majelis 2, sebagai peserta kedua. Sesekali membuka-buka referensi yang kubawa, sesekali juga bercanda gurau dengan peserta sidang lainnya, mencoba mengusik gugup dengan tawa. Yah, bagaimanapun hasilnya nanti, lulus atau tidak lulus itulah yang terbaik, pernyataan yang menenangkan bukan? Namun, entahlah jika yang justru terjadi adalah pilihan kedua, perlu jiwa yang lapang untuk menerimanya.
Sekitar 45 menit aku menunggu temanku keluar dari ruang sidang itu, tak lama salah satu dosen penguji membukakan pintunya dan mempersilahkan aku masuk, aku teringat dengan pesan abangku, baca alam nasrah laka sadraq.... aku menjadi pengamal terbaik saat-saat seperti ini. Dengan langkah mantap, kutegapkan diriku untuk melangkah, melihat ketiga dosen penguji sudah duduk dengan manis di kursinya masing-masing. Sangat elegan dan menakutkan.
Silahkan kemukakan hasil penelitian Anda!
Klik, jemariku dengan cepat menekan tombol F5 untuk menampilkan power point yang sudah kupersiapkan sebelumnya, kumulai dengan latar belakang mengapa aku melakukan penelitian ini, rumusan masalahnya, prosedur penelitiannya, hasil kemudian kesimpulan. Baru sekejab aku berhenti bicara, salah satu dosen pengujiku sudah mengajukan pertanyaannya. Berfikir sejenak, jawaban terbaik apa yang akan kuberikan, langsung menjawab. Pertanyaan kedua, ketiga, keempat, kelima, keenam dan seterusnya. Dan yang tidak kuketahui, aku jawab, maaf saya tidak tahu.
Silahkan keluar, sudah selesai! Aku langsung menutup presentasiku dan membereskan senjata yang telah kupersiapkan. Huft, keluar dari ruangan ini serasa plong dengan perasaan yang sangat menanggung, apakah aku lulus atau tidak?

Ada bermacam-macam ekspresi saat itu, ada yang khusyuk berdoa, ada yang selalu membuat lelucon, ada yang menangis dan ada yang biasa saja. Inilah waktunya, penentuan kelulusan kuliah yang telah ditempuh selama 8 semester ini. Begitu hebat perjuangan untuk mendapatkan tiga huruf itu.
Tepat pukul 14. 00 semua peserta sidang dipersilahkan masuk ke majelis sidang untuk mendengarkan hasil yudisium. Menunggu lagi untuk beberapa saat, dengan perasaan dingin tak menentu.

Tak lama, kedua dosen datang menggunakan baju batik dengan corak yang indah, tapi itu bukan lagi menjadi pusat perhatian utama, semua fokus tertuju pada map yang dibawa dosen. Mendengarkan nasehat dan sekapur sirih sejenak dari dosen, lalu yudisium pun dimulai.
Namaku menjadi nama terakhir kedua dari belakang yang disebutkan. Beberapa kali nama-nama temanku sudah disebutkan beserta yudisium dan IPKnya, sesekali juga terdengar tangis membuncah dan pelukan yang erat dari teman-temanku yang sudah dinyatakan lulus.
Khairul Ummah, ucap dosenku dan aku menyambungnya dengan menyebutkan NO induk mahasiswaku, 0800300. Anda dinyatakan lulus dengan IP 3,.... dan predikat sangat memuaskan. Hilang sesaat, lalu timbul lagi, serta merta kugenggam erat tangan teman disebelahku, aku ragu untuk melakukan sujud syukur, karena saat itu kita semua sedang duduk dikursi, padahal itu bukan alasan. Yah, aku hanya mengucapkan puji syukur atas nikmat Allah yang satu ini. Terima kasih Rabbku.

Dosen mengatakan, sampaikanlah berita kelulusan dan kesuksesan anda pada orangtua anda, karena merekalah orang pertama yang berhak untuk mendengar kabar ini.
Ketika yudisium ditutup dengan menyalami dosen dan saling berpelukan. Aku langsung berlari ke luar, ku ambil ponselku dan mencari no kontak bapak... bapak, aku lulus... ingin sekali aku mengabarkan berita ini kepada ibuku juga, maaf ibu,, aku telat mempersembahkan semua ini.
Tapi, kaulah yang menjadi motivasi terbesarku untuk segera menyelesaikan skripsi ini, ketika dirimu sakit, aku langsung ingin melaju, mengejar waktu, aku ingin sekali kau melihat aku wisuda. Aku ingin sekali berfoto bertiga bersama bapak dengan background khas wisudaan. Tapi, Allah berkehendak lain, aku mengejar satu semester, namun Allah telah memanggil ibuku duluan di awal semester.

Yah, kurasakan proses itu sangat indah, ketika aku berjuang mengejar waktu untuk ibuku dalam satu semester, ketika aku mendapatkan kabar pada malam di bulan januari yang gaduh itu bahwa ibu telah pergi.
Kubisikkan dalam hatiku, ibu... aku lulus.. selamat ramadhan ibu.
Aku sangat rindu padamu. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar