Sudah
sebulan lebih aku ditinggal teman kamarku, dia memutuskan untuk pulang duluan
dan menikmati puasa penuh di sana.
Aku
dengan satu tujuan, memilih untuk bertahan beberapa bulan lagi disini. Tujuan
itu sudah kupampang besar-besar di kamarku, aku harus menyelesaikan ini di
bulan juli. Yah, agar aku bisa pulang dengan tenang. Seperti mau mati saja
target ini.. tapi, siapa yang tahu?
Senin
16 juli 2012
Hari
ini, aku sudah mendaftarkan diriku sebagai peserta sidang periode juli beserta
7 orang teman-temanku yang lain. Dengan perasaan menanggung, apakah aku layak
mengikutinya atau tidak, tetap saja kujalani. Terang saja, sudah beberapa kali
aku mengikuti tes TOEFL yang menjadi standar kelulusan kampus, beberapa kali
juga skorku tidak mencapai. Tes terakhir sekarang menjadi penentu, apakah aku
sidang bulan ini atau bulan depan, gugup sekali menunggu hasil tes keluar.
Setengah hari aku stand by di depan layar PC dan sesekali melongok ke website
tempat diumumkannya skor hasil TOEFL, namun belum juga keluar. Dengan perasaan
pasrah setengah hati, kubiarkan saja hari ini berlalu, tanpa harus bertanya
langsung ke institusi yang bersangkutan, kenapa tesnya hari ini belum juga
keluar? Aku pasti akan mendapatkan jawaban yang sama, dua hari kerja teh. Ujarnya.
Selasa
17 juli 2012
Menunggu
jam 7 pagi serasa sangat lama. Masih pukul 5 pagi. Yah, beberapa hari ini,
menunggu matahari terbit adalah hal yang menggugupkan bagiku. Sengaja aku
menahan diri untuk tidak ke kampus pagi ini, aku akan melihat hasil skornya
dulu.
Entah
bagaimana lamanya, serasa semua kondisi didesain sedemikian rupa untuk menguji
kesabaranku. Aku sudah berada pada titik nol, pasrah.
Tepat
jam 10 pagi, pengumuman hasil skor sudah ada di website yang belakangan ini
paling sering kukunjungi. Alhamdulillah yang bernama Khairul ummah hanya satu,
jadi sekali mata memandang, aku langsung menemukan namaku. Entahlah, seperti apa
rasanya saat itu, saat mimpi dan harapan dikabulkan, sujud syukur langsung
kulakukan, terima kasih sudah mengizinkan aku untuk mengikuti sidang besok.
Rabu
18 juli 2012
Matahari
terbit sangat pagi rasanya. Berseragam sidang, aku pun langsung melangkah ke
kampus. Bermacam-macam wirid dan doa yang kuhapal, kupanjatkan sebisaku.
Saat-saat seperti ini, barulah rajin berdoa.
Namaku
tertera di majelis 2, sebagai peserta kedua. Sesekali membuka-buka referensi
yang kubawa, sesekali juga bercanda gurau dengan peserta sidang lainnya,
mencoba mengusik gugup dengan tawa. Yah, bagaimanapun hasilnya nanti, lulus
atau tidak lulus itulah yang terbaik, pernyataan yang menenangkan bukan? Namun,
entahlah jika yang justru terjadi adalah pilihan kedua, perlu jiwa yang lapang
untuk menerimanya.
Sekitar
45 menit aku menunggu temanku keluar dari ruang sidang itu, tak lama salah satu
dosen penguji membukakan pintunya dan mempersilahkan aku masuk, aku teringat
dengan pesan abangku, baca alam nasrah laka sadraq.... aku menjadi pengamal
terbaik saat-saat seperti ini. Dengan langkah mantap, kutegapkan diriku untuk
melangkah, melihat ketiga dosen penguji sudah duduk dengan manis di kursinya
masing-masing. Sangat elegan dan menakutkan.
Silahkan
kemukakan hasil penelitian Anda!
Klik,
jemariku dengan cepat menekan tombol F5 untuk menampilkan power point yang
sudah kupersiapkan sebelumnya, kumulai dengan latar belakang mengapa aku
melakukan penelitian ini, rumusan masalahnya, prosedur penelitiannya, hasil
kemudian kesimpulan. Baru sekejab aku berhenti bicara, salah satu dosen
pengujiku sudah mengajukan pertanyaannya. Berfikir sejenak, jawaban terbaik apa
yang akan kuberikan, langsung menjawab. Pertanyaan kedua, ketiga, keempat,
kelima, keenam dan seterusnya. Dan yang tidak kuketahui, aku jawab, maaf saya
tidak tahu.
Silahkan
keluar, sudah selesai! Aku langsung menutup presentasiku dan membereskan
senjata yang telah kupersiapkan. Huft, keluar dari ruangan ini serasa plong
dengan perasaan yang sangat menanggung, apakah aku lulus atau tidak?
Ada
bermacam-macam ekspresi saat itu, ada yang khusyuk berdoa, ada yang selalu
membuat lelucon, ada yang menangis dan ada yang biasa saja. Inilah waktunya,
penentuan kelulusan kuliah yang telah ditempuh selama 8 semester ini. Begitu
hebat perjuangan untuk mendapatkan tiga huruf itu.
Tepat
pukul 14. 00 semua peserta sidang dipersilahkan masuk ke majelis sidang untuk
mendengarkan hasil yudisium. Menunggu lagi untuk beberapa saat, dengan perasaan
dingin tak menentu.
Tak
lama, kedua dosen datang menggunakan baju batik dengan corak yang indah, tapi
itu bukan lagi menjadi pusat perhatian utama, semua fokus tertuju pada map yang
dibawa dosen. Mendengarkan nasehat dan sekapur sirih sejenak dari dosen, lalu
yudisium pun dimulai.
Namaku
menjadi nama terakhir kedua dari belakang yang disebutkan. Beberapa kali
nama-nama temanku sudah disebutkan beserta yudisium dan IPKnya, sesekali juga
terdengar tangis membuncah dan pelukan yang erat dari teman-temanku yang sudah
dinyatakan lulus.
Khairul
Ummah, ucap dosenku dan aku menyambungnya dengan menyebutkan NO induk
mahasiswaku, 0800300. Anda dinyatakan lulus dengan IP 3,.... dan predikat
sangat memuaskan. Hilang sesaat, lalu timbul lagi, serta merta kugenggam erat
tangan teman disebelahku, aku ragu untuk melakukan sujud syukur, karena saat
itu kita semua sedang duduk dikursi, padahal itu bukan alasan. Yah, aku hanya
mengucapkan puji syukur atas nikmat Allah yang satu ini. Terima kasih Rabbku.
Dosen
mengatakan, sampaikanlah berita kelulusan dan kesuksesan anda pada orangtua
anda, karena merekalah orang pertama yang berhak untuk mendengar kabar ini.
Ketika
yudisium ditutup dengan menyalami dosen dan saling berpelukan. Aku langsung
berlari ke luar, ku ambil ponselku dan mencari no kontak bapak... bapak, aku
lulus... ingin sekali aku mengabarkan berita ini kepada ibuku juga, maaf ibu,,
aku telat mempersembahkan semua ini.
Tapi,
kaulah yang menjadi motivasi terbesarku untuk segera menyelesaikan skripsi ini,
ketika dirimu sakit, aku langsung ingin melaju, mengejar waktu, aku ingin
sekali kau melihat aku wisuda. Aku ingin sekali berfoto bertiga bersama bapak
dengan background khas wisudaan. Tapi, Allah berkehendak lain, aku mengejar
satu semester, namun Allah telah memanggil ibuku duluan di awal semester.
Yah,
kurasakan proses itu sangat indah, ketika aku berjuang mengejar waktu untuk
ibuku dalam satu semester, ketika aku mendapatkan kabar pada malam di bulan
januari yang gaduh itu bahwa ibu telah pergi.
Kubisikkan
dalam hatiku, ibu... aku lulus.. selamat ramadhan ibu.
Aku
sangat rindu padamu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar