Memasuki dunia kampus, ternyata tak seindah yang kulihat di
sinetron-sinetron. Banyak sekali tuntutan yang kurasakan, dari mulai tugas
mandiri dari dosen, tugas organisasi, yah seputar-seputar itulah,
kuliah-organisasi.
Sekedar membaca materi kuliah yang ada dibuku atau di handout , sebenarnya sangat bisa kita
lakukan. Sebab, datang ke kampus juga hanya mendengarkan dosen, ah rutinitas
yang sangat menjenuhkan pikirku. Namun, kuliah sebenarnya tak hanya itu, duduk
diam mendengarkan, apa yang dikatakan dosen seringkali memacu adrenalinku untuk
mencoba, dan sering kali aku mengepalkan tangan saking semangatnya, setelah
itu?
Kuliah sedikit banyak telah membentuk pola pikirku, cara
pandangku terhadap suatu hal jadi lebih berbeda ketimbang dulu.
Menurutku juga, kuliah itu bikin sakit kepala tipe tegang.
Bagaimana tidak, tugas bukan main banyaknya, kalau mau dapat nilai silahkan
mengerjakan, kalau tidak silahkan mengulang kembali mata kuliah itu. Tidak
memaksa memang, seperti tugas-tugas waktu SMA, tidak juga dipanggil-panggil
sama dosen nya ketika belum mengumpulkan tugas. Ekspresi yang mantap memang,
lempeng saja menyikapi mahasiswa nya sudah mengumpulkan atau tidak, tapi kita
lihat saja nilai akhirnya nanti. Sangat lembut bukan?
Katanya kuliahlah karena ilmu, bukan karena nilai, tapi kalo
gak dapat nilai yang sesuai harapan, kecewanya minta ampun.. menambah-nambah
sakit kepala rasanya, penyakit semesteran ini namanya.
****
Bagiku, organisasi adalah wadah untukku mengembangkan
potensi, potensi-potensi kecil seperti berani mengambil keputusan, mengeluarkan
pendapat sesuai UUD ’45 (baca_berani ngomong), mengetahui macam-macam watak
orang, dari orang tipe keras kepala, tidak bisa bekerja dalam tim, otoriter,
sampai orang yang suka cuci tangan dan orang-orang yang mengambil peran sebagai
pahlawan.
Jadi, aku memasukkan diriku dalam organisasi dengan
kesadaran penuh,yaitu mau mencoba. Tak enak saja rasanya, jika hanya kuliah...
eh, manalah bisa berteman dengan buku saja?
****
Aku merupakan tipe manusia pembangkang nomor satu, dilarang
semakin ingin kucoba.
Seperti masa SMA dulu, dilarang main band, aku malah aktif
jadi anak band, dilarang kebut-kebutan aku malah suka sangat, dilarang
nongkrong, apalagi ini, sangat suka. Aku pun tau batasan mana yang tak boleh
kulanggar dan batasan mana dimana aku harus tetap berada di jalurNya. Seperti
merokok apalagi pake obat.. eh, kesadaran mana pula’ ini, muncul aksi penolakan
secara langsung ketika disodorkan dengan teman-teman band. Aku yakin apa yang
dituliskanNya di kitab yang sangat jarang kubaca itu adalah hukum tertinggi
yang sangat harus kupatuhi, eh.. manalah aku tau apa saja yang diwajibkan itu,
jika membukanya saja aku jarang.
****
Dunia kampus sangat berwarna, sama banyak warnanya dengan
bunga-bunga yang ada dikebun. Silahkan saja pilih warna yang paling kau sukai,
mau yang putih-hitam semua ada disini.eh, mana pula kampus berwarna?
Bangunannya saja warna putih-putih aja dari dulu, tak berubah-ubah.
Paling-paling berwarna keabu-abuan, kebiru-biruan, dan ke-ke-an yang lain,
ergh... memang tak tetap, sama tak tetapnya seperti menetapkan kurikulum
kampus, belum beres yang ini, eh dengar ada yang bagus di negeri orang malah
dicoba lagi, mana lah pula kita bisa disamakan pak dengan mahasiswa sana. Apa
bedanya kampus dengan pabrik koran kalo begitu? Kerjaannya sama-sama
memproduksi terus, produksi orang dan produksi media. Lah, aku salah satu yang
menjadi bahan produksinya.
****
Karena aku penyuka warna cokelat, akupun selalu memiliki
warna cokelat dalam kegiatan-kegiatanku. Bukan berarti aku selalu memilih
pakaian bermotif cokelat, atau apapun yang bernuansa cokelat, eh mana lah pula
aku punya koleksi baju warna cokelat sebanyak itu.
Cokelat itu manis dan lembut menurutku, tapi ada ketegasan
dan kelugasan di setiap benang cokelatnya, wah benar-benar penyakit lebay nomor
satu ini. Mungkin ini pengaruh kuiah juga, pikiranku pun ikut jadi lebay...
manalah pula kuliah bisa disalahkan, seperti tukang yang bodoh saja, yang
selalu menyalahkan perkakasnya_
Yah, sekali lagi cokelat itu lembut. Aku berusaha menyikapi
diriku sendiri dengan lembut, dengan menyikapi diriku secara lembut, mungkin
aku bisa menyikapi orang lain secara lembut, bukankah semua harus dimulai dari
diri sendiri? ah, pragmatis sekali ini orang.
Sekali untuk kedua kalinya, cokelat itu manis, sama
menyatunya dengan alam, walau lebih dekat ke warna tanah memang. Entah mengapa,
cokelat begitu saja sudah mampu membuatku lebih percaya diri, membuat kulit
sawo matangku sedikit tertutupi, ini berlebihannya minta ampun.. sekalii hitam,
hitam saja.
Seperti mengejar layang-layang, mengharap jatuh ditempat
tapi malah jatuh di tanah lain, dan aku harus berlari ke tanah itu, karena
salah berdiri (baca_ salah mengharap)
Yah itulah aku, yang suka berlari-lari mengejar
layang-layang. (baca_ yang suka bercita-cita tinggi, entah bagaimana caranya
mencapai itu, simple saja, jika memang untukku, akan ada kemudahan didalamnya.
Bagaimana caranya mewujudkan semua itu? Ayam saja jika
kelaparan mematut-matut tanah, sekedar mencari cacing untuk melintasi saluran
cernanya, lalu bagaimana lah aku jika hanya diam saja? Bagaimana nasib baik
akan menghampiri, melongo saja dia tak mau mungkin, ah manalah bisa seperti
ini.
Lalu, aku pun mencoba menjadi mahasiswa yang baik, baik
dalam hal mendengarkan materi kuliah, bertanya untuk hal-hal yang tak kunjung
kupahami, mengumpulkan tugas tepat waktu, ikut mengontrak mata kuliah
persemester sesuai jatahnya, santai dan terburu-buru juga rasanya. Bagaimanapun,
kuliah menyebabkan sakit kepala tipe tegang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar