Jumat, 04 Mei 2012

aku tak bisa memanggil beliau Almarhumah


Malam ini serasa kau ada disini, menyemangatiku dan mengatakan " mamak akan selalu mendoakanmu nak,...." seperti itulah kata-katamu tiap kali menutup telpon, simpel memang, tapi aku tau doamu langsung melesap ke langit, tak seperti doaku padamu, yang tersendat-sendat, tak semurni cintamu padaku.
Aku selalu mengabarimu tentang suatu hal, yang menurutku itu perlu kukabari.

Seperti aku mau ikut lomba, aku dapat beasiswa, aku dapat kerja, atau nilaiku yang menaik atau menurun. Sekedar memberi tahu saja, mungkin aku menganggap itu hal biasa, tapi aku tak tau, dengan menyampaikan hal itu, apakah kau senang mak?

Mak, besok aku mau seminar proposal, menyampaikan rencana penelitianku di depan orang banyak. Mak, aku tau jika kau masih ada, kau pasti akan bilang, " mamak selalu mendoakanmu nak... "
Pun, malam ini aku merasa kehilangan untuk kesekian kali, aku kehilangan tempatku mengabari "kabar kecil" ku ini....

Mak, orang-orang kini menyebutmu dengan gelar di depannya " almarhumah", tapi kenapa serasa aku tak bisa mengucapkan hal itu, kusebut saja "mamak-ku" tanpa gelar didepannya... Sebab, aku memang tak biasa.. Sebab lain juga, karena aku merasa kau masih ada disini, seperti biasa.. Kita memang selalu jauh, aku di Bandung dan kau ada di rumah, hanya saja sudah lama aku tak menelponmu, yah... Itulah anggapanku mak.

Mak, malam ini malam jumat... Aku selalu ingat, jika aku ada dirumah, kau selalu menyuruhku untuk membaca surah Yasiinn, al-Mulk... Aku tak mau bertanya, kenapa harus surah itu? Aku kadang membaca saja, sekedar membaca yasiinn saja, tanpa surah al-Mulk.. 

Mak, setelah lama, dan setelah kau tiada lagi, aku belum sempat bertanya, kenapa harus surah itu?
Aku baru mengetahui setelah aku membaca beberapa buku-buku, kenapa surah itu special dibaca.
Mak, pernahkah aku membanggakanmu? 

Terang saja, bahagiaku kini tak sebahagia dulu, ketika kau ada... Serasa ada yang kurang, karena kau tak ada.
Kau selalu senang setiap kali aku pulang, kau tak pernah mau tidur bersama bapak ketika aku pulang, kau selalu mengajakku untuk tidur bersamamu, ahh.. Bagimu, aku memang masih kecil.
Kau selalu berusaha memasakkan masakan yang aku suka tiap kali aku pulang, karena kau bilang " aku juga jarang pulang". Kau berhasil mengubah hal sederhana menjadi hal yang luas biasa mak, rumah tak pernah sepi dari makanan dan pijitanmu ketika aku ada di dekatmu.. 

Mak, sedikit saja aku sakit.. Kecemasanmu melebihi kecemasanku terhadap diriku sendiri.
Aku selalu mengusik tidurmu mak, aku tau itu. Sejak aku kecil, ketika aku sakit.. Hingga aku dewasa menurut versiku, kau masih menganggapku anak kecil, yang harus dimanja ketika sakit, dimasakkan bubur nasi, agar aku mudah menelan, dimasakkan makanan yang aku suka, menggantikan teh panas setiap waktu, walau tak kusadari, tapi aku sadar teh itu selalu terasa hangat ketika aku terjaga dan mau meminumnya, belum lagi kau yang rutin menggantikan kompresku, walau aku telah tertidur pulas, menarik selimutku agar sempurna menutupi tubuhku, serasa tak rela angin menyelusup masuk. Belum lagi tanganmu yang cekatan memijatku, tak perlu aku beri tau, yang ini mak, yang itu mak.. Belum lagi kau yang rajin mengolesi minyak hangat dibagian tubuhku yang dingin, mengaji di sampingku, memegang tanganku erat, sekedar memastikan bahwa kau tak meninggalkanku.. 

Pun setelah aku sehat, rasa senangmu melebihi senangku terhadap diriku sendiri. aku lupa mengucapkan "terima kasih", aku benar-benar lupa, bukan lupa.. Memang karena aku tak biasa mengucapkan kata-kata seperti itu padamu. 


Aku suka mengantarkanmu mak, kemana kau mau pergi.. Pagi-pagi aku sudah siap memanaskan motor, yah aku senang mengantarmu ke pasar, kita berkeliling mencari sayur, ikan, atau apapun itu. Walau jalannya sempit, aku selalu memaksakan agar kau tak turun dari boncenganku.. Tapi tetap saja kau memaksaku, kau mau turun disini.. Yah.. Aku turuti saja mak, walau sebenarnya masih bisa menyalip ke jalan itu menggunakan motor. Karena aku jarang-jarang bisa mengantarkanmu kepasar,...

Banyak sekali pekerjaan "kecil" yang kulakukan rutin tiap kali aku pulang, kau memintaku memasukkan benang ke dalam lubang jarum, memintaku mengolesi minyak mesin jahit ke mesin jahit tuamu, menyetrika kan bajumu, mengantarkanmu kemana kau mau pergi, menemanimu ke pengajian, membantumu masak.
Aku akan rindu dengan pekerjaan-pekerjaan 'kecil" itu setiap kali aku pulang mak.. Dengan siapa aku kepasar, tak akan ada lagi yang memintaku memasukkan jarum ke lubang benang, mengolesi minyak ke mesin jahit, ah.. Entahlah.. Semua pergi begitu saja mak. 

Aku senang, aku masih bisa melihatmu saat-saat terakhir itu, walau aku tak bisa ada disampingmu saat malaikat datang menjemputmu, tapi aku senang bisa ikut memandikanmu, menyolatkanmu dan melihat kau di makamkan ke tempat terakhirmu.
Kaku sekali, dingin membeku, pucat memasih, diam membisu.. Begitulah kondisimu, saat pertama kali aku pulang melihatmu mak...

Sudah ada kain yang menutup sempurna tubuhmu, dengan tanganmu yang dilipat, persis sekali aku melihat senyum terakhirmu mak..
Aku cium kau lekat-lekat... Aku dekap tanganmu yang telah melipat itu, aku cium lagi kau lekat-lekat, aku membisikkan permohonan maaf ke telingamu, sekuat mungkin kutahan tangisku, kupersiapkan diriku selama diperjalanan mau pulang itu. .
Terima kasih mak, atas semua kasih sayangmu sejak kau lahirkan aku hingga akhir hayatmu, atas semua kasih sayang yang belum kubalas, atas semua perhatian tulusmu, atas semua doa mu, atas emua masakan enakmu, atas semua nasehatmu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar