Pulang dari terminal tadi sekedar mencek jadwal
pemberangkatan ke Jakarta, sedikit menguji kesabaran, sepanjang jalanan
Setiabudhi macet. Memang sudah langganan setiabudhi macet setiap sore dan
setiap pagi. Perjalanan yang seharusnya membutuhkan waktu 30 menit, bertambah
lagi menjadi kelipatannya.
Menyenangkan sekali, ternyata ada novel di tasku, jadi saja aku membaca novel itu, sebuah kisah tentang anak mamak, serasa tak ada orang disamping, sesekali aku tersenyum geli ketika menemukan kata-kata lucu dalam novel itu.
Menyenangkan sekali, ternyata ada novel di tasku, jadi saja aku membaca novel itu, sebuah kisah tentang anak mamak, serasa tak ada orang disamping, sesekali aku tersenyum geli ketika menemukan kata-kata lucu dalam novel itu.
Adalah 10 menit angkot itu tak dapat maju dan mundur, dua
orang bocah serta merta menyanyi di pintu angkot yang sebenarnya tak ada celah
lagi untuk masuk, untung saja yang masuk sekedar suara mereka. Memetik senar
pada gitar kecil, yang satu lagi sibuk menepuk-nepuk tangannya dengan slow
mengikuti lagu yang dinyanyikannya “Jangan bilang, kau tak cinta aku.... jangan
bilang kau tak sayang kepadaku.. “ ... jadilah mereka menghibur suasana dalam
angkot itu, tak lama sang penyanyi itu menyodorkan kantong plastik permen yang
telah dibalik bungkusnya, tanpa intruksi lewat kata-kata agar penumpang angkot
memberikan sedikit uangnya, serta merta saja satu-dua penumpang memasukkan uang
koin-koin mereka pada kantong plastik permen itu. Penyanyi itu pun pergi melesat, melewati
kendaraan-kendaraan yang lain, tanpa mengucapkan terima kasih, paling tidak
kepada supir angkotnya karena telah
mengizinkan untuk meraup untung dari penumpangnya.
“ Kiri payun pak.... “ perintah salah satu penumpang agar
pak sopir memberhentikan angkotnya tepat pada tempat yang ditunjuk.... ,
jadilah tempat duduk angkot ini sedikit leluasa, kakikupun ku buka lagi setelah
beberapa menit merapat. Sesekali aku melihat keluar jendela, memastikan bahwa
alamat yang kutuju belum terlewat. Pun
tak ayal, dalam angkot ini setidaknya ada 3 forum yang sedang dibuka, 1 forum
yang sedang membahas naiknya harga BBM, entah yang dimaksud adalah BBM minyak
atau Black berry massangger. Lama-lama ketahuan juga, yang dibahas ternyata
harga BBM. 1 forum lagi sedang membahas
model sepatu kulit yang sedang booming saat ini...dan 1 forum lagi sedang
membahas bencana gempa di Aceh yang terjadi pada rabu beberapa hari yang lalu. Ternyata
pembicaraan mengenai gempa lah yang selesai duluan, entah karena takut sedang
dalam perjalanan, atau memang kurang menarik karena yang mengalami juga warga
Aceh bukan warga Bandung. Telingaku menangkap gelombang suara yang terpantul,
walaupun aku sedang membaca novel itu.
Pembicaraan mengenai model sepatu kulit yang kulitnya agak
meninggi menutupi tumit dari standar sepatu biasanya ternyata tak habis-habis,
walau salah satu anggotanya telah turun dari angkot itu. Namanya saja
perempuan, sampai satu anggota lagi turun, barulah pembicaraan itu
terhenti, sebab jumlah anggotanya hanya
3 orang. Yang lucunya lagi, pembicaraan mengenai harga BBM, membuat semua forum
menyatu, lain ada yang menyimak, ikut mengeluarkan uneg-uneg mereka mengenai
keputusan pemerintah ini, dan sampai ada yang seperti mengatur jalannya diskusi
jalanan ini.. aku pun tertawa geli, kali ini bukan karena ada kata-kata lucu
dalam novel yang sedang kubaca, melainkan supir angkotnya pun tiba-tiba
menaikkan tarif angkotnya senilai seribu rupiah, jadilah ongkos yang seharusnya
2500 menjadi 3500. Ternyata ada berkahnya juga bagi supir angkot ini, tapi
entahlah ini disebut berkah atau memanfaatkan situasi, padahal harga naiknya
BBM belum di tetapkan pemerintah, masih ada waktu senggangnya.
Langit yang kelabu tadi tiba-tiba cerah kembali,
menyenangkan sekali.. karena aku memang tak membawa payung. Satu persatu
penumpang turun dari angkot itu, termasuk aku.
Namun urungnya awan gelap tadi menumpahkan hujannya membuat
kecewa sebagian anak-anak, jadilah mereka ikutan pulang dan membawa pulang lagi
payung-paynung yang siap mereka ojekkan untuk orang-orang yang membutuhkan ojek
payung.
Pulang dari terminal tadi memang tak putuskan untuk segera
menuju ke kontrakan ku, aku tiba-tiba saja teringat pada satu buku yang sedang
ku incar, jadilah perjalanan di angkot tadi agak lama.
Lama aku mematuk diri
di loker buku best seller, memandang-mandang cover yang menarik dan membaca
prolog dari buku-buku itu. Walau tujuanku kali ini bukan untuk membeli buku,
karena memang akhir bulan, jadilah aku hanya melihat dan membaca buku yang
sengaja disediakan untuk dibaca ditempat. Adalah kata-kata menarik yang kucatat
di buku kecilku, kata-kata yang sayang rasanya jika terlupa. Kebiasaan mengunjungi
toko buku sekedar membaca saja ternyata sudah lama tak kulakukan, teringat
masa-masa awal kuliahku, adalah 3 kali dalam sebulan aku mengunjungi toko buku
ini. Sekedar mencari buku-buku bekas yang diserakkan di keranjang besar atau
membaca buku-buku jadul yang dijual dengan harga miring. Jadilah hari ini aku
mengunjungi dua tempat, terminal dan toko buku, walau buku yang kuincar
ternyata telah habis stoknya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar