Sabtu, 21 April 2012

Just a waste time

Hari ini langit kelabu lagi, hujan seperti memiliki jadwal tertentu untuk turun. Membasahi jejalanan, membawa berkah untuk semuanya. Namun, tak jarang juga yang menyerapahi hujan dan menyalahi hujan.

Pulang dari terminal tadi sekedar mencek jadwal pemberangkatan ke Jakarta, sedikit menguji kesabaran, sepanjang jalanan Setiabudhi macet. Memang sudah langganan setiabudhi macet setiap sore dan setiap pagi. Perjalanan yang seharusnya membutuhkan waktu 30 menit, bertambah lagi menjadi kelipatannya.

 Menyenangkan sekali, ternyata ada novel di tasku, jadi saja aku membaca novel itu, sebuah kisah tentang anak mamak, serasa tak ada orang disamping, sesekali aku tersenyum geli ketika menemukan kata-kata lucu dalam novel itu.

Adalah 10 menit angkot itu tak dapat maju dan mundur, dua orang bocah serta merta menyanyi di pintu angkot yang sebenarnya tak ada celah lagi untuk masuk, untung saja yang masuk sekedar suara mereka. Memetik senar pada gitar kecil, yang satu lagi sibuk menepuk-nepuk tangannya dengan slow mengikuti lagu yang dinyanyikannya “Jangan bilang, kau tak cinta aku.... jangan bilang kau tak sayang kepadaku.. “ ... jadilah mereka menghibur suasana dalam angkot itu, tak lama sang penyanyi itu menyodorkan kantong plastik permen yang telah dibalik bungkusnya, tanpa intruksi lewat kata-kata agar penumpang angkot memberikan sedikit uangnya, serta merta saja satu-dua penumpang memasukkan uang koin-koin mereka pada kantong plastik permen itu.  Penyanyi itu pun pergi melesat, melewati kendaraan-kendaraan yang lain, tanpa mengucapkan terima kasih, paling tidak kepada supir angkotnya karena telah  mengizinkan untuk meraup untung dari penumpangnya.

Kiri payun pak.... “ perintah salah satu penumpang agar pak sopir memberhentikan angkotnya tepat pada tempat yang ditunjuk.... , jadilah tempat duduk angkot ini sedikit leluasa, kakikupun ku buka lagi setelah beberapa menit merapat. Sesekali aku melihat keluar jendela, memastikan bahwa alamat yang kutuju belum terlewat.  Pun tak ayal, dalam angkot ini setidaknya ada 3 forum yang sedang dibuka, 1 forum yang sedang membahas naiknya harga BBM, entah yang dimaksud adalah BBM minyak atau Black berry massangger. Lama-lama ketahuan juga, yang dibahas ternyata harga BBM.  1 forum lagi sedang membahas model sepatu kulit yang sedang booming saat ini...dan 1 forum lagi sedang membahas bencana gempa di Aceh yang terjadi pada rabu beberapa hari yang lalu. Ternyata pembicaraan mengenai gempa lah yang selesai duluan, entah karena takut sedang dalam perjalanan, atau memang kurang menarik karena yang mengalami juga warga Aceh bukan warga Bandung. Telingaku menangkap gelombang suara yang terpantul, walaupun aku sedang membaca novel itu.

Pembicaraan mengenai model sepatu kulit yang kulitnya agak meninggi menutupi tumit dari standar sepatu biasanya ternyata tak habis-habis, walau salah satu anggotanya telah turun dari angkot itu. Namanya saja perempuan, sampai satu anggota lagi turun, barulah pembicaraan itu terhenti,  sebab jumlah anggotanya hanya 3 orang. Yang lucunya lagi, pembicaraan mengenai harga BBM, membuat semua forum menyatu, lain ada yang menyimak, ikut mengeluarkan uneg-uneg mereka mengenai keputusan pemerintah ini, dan sampai ada yang seperti mengatur jalannya diskusi jalanan ini.. aku pun tertawa geli, kali ini bukan karena ada kata-kata lucu dalam novel yang sedang kubaca, melainkan supir angkotnya pun tiba-tiba menaikkan tarif angkotnya senilai seribu rupiah, jadilah ongkos yang seharusnya 2500 menjadi 3500. Ternyata ada berkahnya juga bagi supir angkot ini, tapi entahlah ini disebut berkah atau memanfaatkan situasi, padahal harga naiknya BBM belum di tetapkan pemerintah, masih ada waktu senggangnya.

Langit yang kelabu tadi tiba-tiba cerah kembali, menyenangkan sekali.. karena aku memang tak membawa payung. Satu persatu penumpang turun dari angkot itu, termasuk aku.
Namun urungnya awan gelap tadi menumpahkan hujannya membuat kecewa sebagian anak-anak, jadilah mereka ikutan pulang dan membawa pulang lagi payung-paynung yang siap mereka ojekkan untuk orang-orang yang membutuhkan ojek payung.

Pulang dari terminal tadi memang tak putuskan untuk segera menuju ke kontrakan ku, aku tiba-tiba saja teringat pada satu buku yang sedang ku incar, jadilah perjalanan di angkot tadi agak lama.

Lama aku mematuk  diri di loker buku best seller, memandang-mandang cover yang menarik dan membaca prolog dari buku-buku itu. Walau tujuanku kali ini bukan untuk membeli buku, karena memang akhir bulan, jadilah aku hanya melihat dan membaca buku yang sengaja disediakan untuk dibaca ditempat. Adalah kata-kata menarik yang kucatat di buku kecilku, kata-kata yang sayang rasanya jika terlupa. Kebiasaan mengunjungi toko buku sekedar membaca saja ternyata sudah lama tak kulakukan, teringat masa-masa awal kuliahku, adalah 3 kali dalam sebulan aku mengunjungi toko buku ini. Sekedar mencari buku-buku bekas yang diserakkan di keranjang besar atau membaca buku-buku jadul yang dijual dengan harga miring. Jadilah hari ini aku mengunjungi dua tempat, terminal dan toko buku, walau buku yang kuincar ternyata telah habis stoknya.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar